MEREKA YANG SUDAH TIDAK BERADA DI BUMI LAGI
1. Woolly Mammoth
Kerabat gajah ini adalah kandidat utama proyek de-extinction. Ilmuan Rusia, Semyon Griegoriev, berencana mengganti
inti sel telur gajah dengan inti sel yang diektrak dari sumsum tulang Woolly Mammoth. Secara teori janin Woolly Mammoth dapat dititipkan dalam
rahim gajah. Upaya menghidupkan kembali mamalia besar ini juga dilakukan oleh
sekelompok ilmuan jepang.
Pada awal 2011, tim ilmuan jepang mengumumkan rencana mengkloning Woolly Mammoth dalam waktu lima tahun.Mammoth
adalah kandidat terbaik karena mereka belum lama punah dan banyak spesimen utuh
yang ditemukan membeku di tundra Arktik.
2. Harimau Tasmania
Bersama kematian harimau Tasmania terakhir pada 1936, spesies ini
dinyatakan punah. Harimau Tasmania atau Thylacine,
adalah satwa endemik Australia. Marsupialia kernivora ini punah karena
perburuan dan keanekaragam genetik yang rendah, sehingga kurang mampu
beradaptasi terhadap perubahan.
Meski spesimen utuh binatang ini tersimpan dimuseum, para ilmuan mungkin
sulit mengkloning harimau Tasmania karena tidak memiliki kekerabatan dengan
hewan Modern.
3. Merpati Penumpang
Hingga 200 tahun lalu, burung yang terbang dalam kumpulan besar ini masih
menyelimuti langit Amerika Utara. Pada 1914 spesies ini punah setelah menjadi
target perburuan. Berkat tekhnologi kloning binatang ini mempunyai kesempatan
kedua.
Bulu ataupun bagian tubuh lain binatang ini tersimpan baik di museum. Burung
ini juga berkerabat dekat dengan merpati mouning,
sehingga mudah mencari ibu penggantinya.
4. Pyrenean Ibex
Mamalia bertanduk yang pernah menghuni daratan Eropa ini adalah salah
satu satwa pertama yang menjadi target de-extriction.
Pada akhir 1990, ilmuan mulai mencoba memperbanyak satwa itu ketika Pyrenean Ibex betina terakhir masih
hidup. Proses kloning hanya berlangsung selama 7 menit. Janin hasil kloning
yang ditanam pada rahim kambing hanya bertahan hidup selama 7 menit setelah
dilahirkan karena masalah paru-paru.
5. Kucing Gigi
Pedang
Tubuh binatang ini kerap ditemukan dalam keadaan beku , sehingga
berpeluang menjadi target kloning karena DNA-nya terawetkan dengan baik. Sekitar
5 tahun lalu ilmuan bisa mengekstrak DNA dari tikus mati yang dibekukan selama
16 tahun dan menghasilkan keturunan tikus mati itu.
6. Sloth Tanah
Binatang ini menjadi kandidat untuk proyek de-extinction karena baru saja punah 8000 tahun yang lalu. Seperti kerabatnya
yang hidup saat ini Sloth berjari
tiga. Binatang ini bergerak dengan amat lambat, sehingga menjadi sasaran mudah
bagi pemburu.
Peneliti menemukan kerangka Sloth yang masih memiliki jaringan lunak,
sehingga DNA-nya bisa diekstraksi, meski Sloth mempunyai kerabat modern, ukuran
Sloth tanah dan Sloth berjari tiga sangat berbeda. Sloth tanah berukuran
raksasa menyerupai beruang.
7. Irish Elk
Meski dinamai Elk, satwa ini
adalah sesungguhnya sejenis rusa. Bahkan bisa di katagorikan sebagai rusa
terbesar yang pernah hidup. Binatang yang punah 11000 tahun yang lalu ini
memiliki antler, atau tanduk yang
terentang sepanjang 3,6 m, seperti binatang yang hidup di era Pleitocene,
spesimen binatang ini kerap ditemukan utuh, dibekukan oleh es abadi.
8. Burung Dodo
Burung yang tidak bisa terbang ini punah hanya dalam waktu 80 tahun sejak
ditemukan. Burung yang menghuni pulau Mauritius ini tak mengenal predator
alami, sehingga tak merasa takut pada manusia, akibatnya ia mudah ditangkap
untuk dimakan.
Pada tahun 2007, peneliti menemukan kerangka Dodo dalam kondisi cukup
sempurna untuk mem[peroleh DNA burung ini. Klon burung Dodo dapat ditanam pada
burung merpati, yang masih memiliki kekerabatan dekat dengannya.
9. Neanderthal
Manusia Neanderthal mungkin merupakan spesies punah yang paling menjadi
kontroversial apabila menjadi kandidat proyek de-extrinction karena ibu penggantinya adalah manusia. Sebagai anggota
dari genus homo, Neanderthal kerap dikenal sebagai sub-jenis manusia modern.
10. Dionosaurus
Ahli paleontologi Jack Horner memimpin sebuah proyek untuk menciptakan
dinosaurus dari seekor ayam karena unggas sesungguhny adalah dinosaurus.
Bersama timnya Horner melakukan rekayasa genetik terhadap ayam untuk
mengaktifkan kembali ciri leluhurnya, semisal ekor panjang, yang lebih di
asosiasikan dengan dinosaurus non-unggas.
Sumber :
Koran Tempo Edisi Kamis 11 April 2013