Botani Tumbuhan Rendah : Anak Kelas LEPTOSPORANGIATAE (FILICES)

PLATYCERIUM

(Platycerium coronarium)

     Sporongium terletak pada sisi bawah bagian daun yang fertil. daun dalam cekungan pada rimpang, dapat  lepas, dimorf. Yang sebagian (daun-daun sarang) menempel dengan pangkalnya, bagian bawah tebal berdaging. Daun bulat, bentuk ginjal atau bulat telur terbalik. Kadang-kadang bertoreh, pada bagian yang tidak menempel substrat keluar akar-akar dan ruang diantara daun-daun itu berguna untuk penimbunan humus. Daun-daun ini mula-mula hijau, jika telah tertutup oleh yang baru lalu menjadi pirang. Daun-daun yang fertil biasanya bergantungan, bercabang-cabang menggarpu, kadang-kadang dengan rambut-rambut bintang yang lekas gugur. Ibu tulang bercabang menggarpu, urat-urat saling berdekatan. Rimpang pendek, merayap di atas gumpalaan-gumpalan cadas. Contoh : Platycerium bifurcatum (simbar menjangan) dan Platycerium coronarium.

Bunga (Flos)


BUNGA (FLOS)
Akar, batang, daun serta bagian-bagian tumbuhan lainnya merupakan bagian-bagian yang secara langsung berguna untuk mempertahankan kehidupan (untuk penyerapan makanan, pengolahan bahan-bahan yang diserap menjadi bahan-bahan yang bdigunakan oleh tumbuhan untuk keperluan hidupnya : bernafas, pertumbuhan dan lain-lain) tumbuhan itu sendiri selama pertumbuhannya, oleh sebab itu alat-alat tersebut sering kali dinamakan pula alat-alat pertumbuhan atau alat-alat vegetatif.
Sebelum suatu tumbuhan mati, biasanya olehnya telah dihasilkan suatu alat, yang nanti akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Alat-alat yang demikian dinamakan alat perkembangbiakan (organum reproductivum), yang dibedakan dalam  dua golongan : yang bersifat vegetatif dan yang generatif.
Alat perkembangbiakan generatif itu bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Oleh sebab itu suatu tumbuhan berbiji, jika sudah tiba waktu baginya akan mengeluarkan bunga. Pada bunga inilah terdapat bagian-bagian yang setelah terjadi peristiwa-peristiwa yang disebut : persarian (penyerbukan) dan pembuahan akan meghasilkan bagian tumbuhan yang kita sebut buah, yang didalamnya terkandung biji, dan biji inilah yang nanti akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Dapatlah dimengerti sekarang, bahwa bunga merupakan suatu bagian tumbuhan yang amat penting.
Seperti telah berulang kali diketengahkan, bagian pokok tubuh tumbuhan hanya ada tiga macam, yaitu akar, batang, dan daun dan setiap bagian lainnya hanya merupakan penjelmaan ketiga bagian pokok tersebut. Jadi bunga sebagai suatu bagian tumbuhan harus pula merupakan suatu penjelmaan salah satu atau kombinasi ketiga bagian pokok tadi, yang memang demikianlah keadaannya.
Dalam uraian mengenai kuncup, telah kita ketahui bahwa ada kuncup yang dapat menjadi bunga yaitu kuncup bunga (alabastrum atau gemma florifera), ada pula yang hanya merupakan cabang baru, ada pula yang menjadi cabang baru dengan bunga.
Jika kita memperhatikan susunan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.
Tunas yang mengalami perubahan bentuk menjadi bunga itu biasanya batangnya lalu terhenti pertumbuhannya, merupakan tangkai dan dasar bunga, sedang daun-daunnya sebagian tetap bersifat seperti daun, hanya bentuk dan warnanya berubah, dan sebagian lagi mengalami metamorphosis menjadi bagian-bagian yang memainkan peranan dalam peristiwa-peristiwa yang akhirnya akan menghasilkan calon individu baru tadi.
Berhubungan dengan terhentinya pertumbuhan batang, maka ruas-ruas menjadi amat pendek, sehingga bagian bunga yang merupakan metamorphosis daunnya tersusun amat rapi satu sama lain, bahkan biasanya bagian-bagian tadi tampaknya seakan-akan tersusun dalam lingkaran-lingkaran. Bertalian dengan letak dan susunan bagian-bagiannya bunga ini dibedakan atas :
a.       Bunga yang bagian-bagiannya tersusun menurut garis spiral (acyclis), misalnya bunga cempaka (Michelia champaka L.)
b.      Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam lingkaran-lingkaran (cyclis), misalnya : bunga terong (Solanum melongena L.), bakung (Hymenocallis littoralis Salisb.)
c.       Bunga yang sebagian bagian-bagiannya duduk dalam lingkaran, dan sebagian lain terpencar atau menurut garis spiral (hemicyclis), misalnya bunga sirsak (Annona muricana L.)
Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah :
-          Bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya,
-          Warnanya,
-          Baunya,
-          Ada dan tidaknya madu ataupun zat lain.
Demikian karakteristik dan sifat-sifat tersebut untuk setiap jenis atau golongan tumbuhan, oleh karenanya sifat-sifat bunga tersebut menjadi tanda pengenal tumbuhan yang paling utama.

Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada Suatu Tumbuhan
Ada kalanya pada suatu tumbuhan hanya terdapat satu bunga saja, misalnya pada tumbuhan coklat (Zephyranthus rosea Lindl.), tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang hanya mampu menghasilkan satu bunga saja disebut tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora), dan jika tumbuhan tersebut dapat menghasilkan banyak bunga dinamakan tumbuhan berbunga banyak  (planta multiflora).
Menurut tempat tumbuhnya bunga pada tumbuhan, dapat dibedakan menjadi :
a.       Bunga pada ujung batang (flos terminalis), misalnya pada bunga coklat atau pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz).
b.      Bunga pada ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaris), misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan kembang telang (Clitoria ternatea L.).
Jika tanaman tersebut menghasilkan bunga dalam jumlah besar, maka letaknya pada batang atau tangkai dapat dibedakan menjadi :
a.       Terpencar atau terpisah-pisah (flores sparsi), misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
b.      Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian bunga dinamakan pula bunga majemuk (anthotaxis atau inflorescentia), misalnya pada tanaman kembang merak (Caesalpinia fulcerima L. Swart.)


Bunga majemuk (Anthotaxis, Inflorescentia)
Yaitu terdapat dua bunga atau lebih pada satu ibu tangkai yang sama.
Pada bunga majemuk lazimnya dapat kita bedakan bagian-bagian berikut :
  1. Bagian-bagian yang bersifat seperti batang atau cabang, yaitu :
a.       Ibu tangkai bunga (Pedunculus, pedunculus communis atau rhachis), yaitu bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung buga majemuk tadi. Ibu tangkai ini dapat bercabang, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, dapat pula sama sekali tidak bercabang.
b.      Tangkai bunga (pedicellus), yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya.
c.       Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai bunga, yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya.
  1. Bagian-bagian yang bersifat seperti daun, yaitu :
a.       Daun-daun pelindung (bractea), yaitu bagian serupa dengan daun yang dari ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya.
b.      Daun tangkai (bracteole), yaitu satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga, pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) biasanya terdapat dua daun tangkai yang letaknya tegak lurus pada bidang median, sedangkan pada tumbuhan berbiji tunggal (Monocotyledoneae) hanya terdapat satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang median, dibagian atas bunga.
c.       Seludang bunga (spatha), yaitu daun pelindung yang besar, yang sering kali menyelubungi seluruh bunga majemuk yang belum mekar, misalnya terdapat pada bunga kelapa (Cocos nucifera L.), iles-iles (Amorphophallus variabilis Bl.).
d.      Daun-daun pembalut (bractea involucralis, involucrum), yaitu sejumlah daun-daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran, terdapat misalnya pada bunga matahari (Helianthus annuus L.).
e.       Kelopak tambahan (epicalyx), yaitu bagian-bagian serupa daun yang berwarna hijau, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat dibawah kelopak, misalnya pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), kapas (Gossypium sp.).
f.       Daun-daun kelopak (sepalae).
g.      Daun-daun mahkota atau daun tajuk (petalae).
h.      Daun-daun tenda bunga (tepalae), jika kelopak dan bunga sama bentuk dan warnanya.
i.        Benang-benang sari (stamina).
j.        Daun-daun buah (carpella).

Berdasarkan sifatnya, daun majemuk dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
  1. Bunga majemuk tidak berbatas (inflorescentia racemosa, inflorescentia botryoides atau inflorescentia centripetala), yaitu bunga majemuk yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus, dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak, dan mempunyai susunnan “acropetal” (semakin muda semakin dekat dengan ujung ibu tangkai), dan bunga-bunga pada bunga majemuk ini mekar berturut-turut dari bawah ke atas.
  2. Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa, inflorescentia centrifuga atau inflorescentia definita), yaitu bunga majmeuk yang ujung ibu tangkainya selalu ditutup dengan suatu bunga, jadi ibu tangkai mempunyai pertumbuhan yang terbatas. Berdasarkan jumlah cabangnya, bunga majemuk berbatas dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Bersifat ”monochasial” jika ibu tangkai hanya memiliki satu cabang. Ditemukan pada tumbuhan berbiji tunggal misalnya kapas (Gossypium sp.)
2.      Bersifat “dichasial” jika dari ibu tangkai keluar dua cabang yang berhadapan misalnya pada tumbuhan dengan bunga berbibir (Labiatae).
3.      Bersifat “pleiochasial” jika dari ibu tangkai keluar lebih dari dua cabang, misalnya pada bunga oleander (Nerium oleander L.)
  1. Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta), yaitu bunga majemuk yang memperlihatkan baik sifat-sifat bunga majemuk yang berbatas maupun yang tak berbatas.

Berikut adalah ikhtisar berbagai ragam bunga majemuk :
a.       Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa, inflorescentia botryoides atau inflorescentia centripetala)
Digolongkan lagi mejadi dua macam :
       I.            Ibu tangkainya tidak bercabang-cabang atau bunga terdapat pada ibu tangkai.
1.      Tandan (racemus atau botrys), jika bunga bertangkai nyata, duduk pada ibu tangkainya. Dan ada juga yang ibu tangkainya bercabang dengan masing cabang mendukung satu bunga misalnya bunga merak (Caesalpinia pulcherima Swartz.).
2.      Bulir (spica), seperti tandan tetapi bunga tidak bertangkai,  misalnya bunga jarong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl.)
3.      Untai atau bunga lada (amentum), seperti bulir tetapi ibu tangkai hanya mendukung bunga yang berkelamin tunggal, dan runtuh seluruhnya, terdapat pada sirih (Piper betle L.)
4.      Tongkol (spadix), seperti bulir tetapi ibu tangkai besar, tebal dan sering kali berdaging, misalnya pada iles-iles (Amorphophallus variabilis Bl.), jagung (Zea mays L.), tetapi hanya bunga yang betina.
5.      Bunga payung (umbella), yaitu yang dari ujung ibu tangkainya mengeluarkan cabang-cabang yang sama panjangnya dengan satu daun pelindung pada pangkalnya. Terdapat pada tumbuhan suku Umbelliferae, misalnya : daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.) contohnya pada wortel (Daucus carota L.).
6.      Bunga cawan (corymbus atau anthodium), yaitu yang ibu tangkainya melebar dan merata sehingga seperti cawan dan pada bagia itulah tersusun bunga-bunganya yang pada pangkalnya terdapat daun pembalut (involucrum) misalnya bunga matahari (Helianthus annuus L.). Terbagi atas dua macam, yaitu bunga pita yang merupakan bunga mandul yang terdapat disepanjang tepi cawan dan bunga tabung yang terdapat diatas cawannya sendiri dengan bentuk tabung.
7.      Bunga bongkol (capitulum), seperti bunga cawan tetapi tidak memiliki daun-daun pembalut dan ujung ibu tangkainya membengkak sehingga berbentuk seperti bola. Umumnya terdapat pada tumbuhan suku Mimosaceae misalnya lamtoro (Leucaena glauca Benth.).
8.      Bunga periuk (hypanthodium), terbagi atas dua bentuk :
-          Ujung ibu tangkai menebal, berdaging, mempunyai bentuk seperti gada, sedang bunga-bunganya meliputi seluruh bagian yang menebal tadi, sehingga berbentuk bulat atau silinder dan tidak berdaun pembalut. Misalnya pada keluwih (Artocarpus communis Forst.)
-          Ujung ibu tangkai menebal berdaging, membentuk badan yang menyerupai periuk, sehingga bunga-bunga yang semestinya terletak padanya lalu terdapat didalam periuk tadi dan sama sekali tak tampak dari luar, misalnya pada lo (Ficus glomerata Roxb.)

    II.            Ibu tangkai bercabang, dan cabang-cabangnya dapat bercabang lagi.
Digolongkan lagi sebagai berikut :
1.      Malai (panicula), ibu tangkainya mengadakan percabangan secara monopodial, demikian pula cabang—cabangnya, misalnya bunga mangga (Mangifera indica L.)
2.      Malai rata (corymbus ramosus), ibu tangkai mengadakan percabangan secara merata seperti bidang datar, misalnya bunga soka (Ixora grandiflora Zoll. et Mor.)
3.      Bunga payung majemuk (umbella composite), yaitu suatu bunga payung yang tersusun dan terdapat daun pembalut, misalnya pada adas (Foeniculum vulgare Mill.)
4.      Bunga tongkol majemuk, yaitu bunga tongkol yang ibu tangkainya bercabang-cabang dan masing-masing cabang merupakan bagian dengan susunan seperti tongkol pula, misalnya bunga kelapa (Cocos nucifera L.) dan palma (Palmae) umumnya.
5.      Bulir majemuk, jika ibu tangkai bunga bercabang-cabang yang mendukung bunga-bunga dengan susunan seperti bulir, misalnya bunga jantan pada jagung (Zea mays L.)

b.      Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa, inflorescentia centrifuga atau inflorescentia definita),
1.      Anak payung menggarpu (dichasium), yaitu satu bunga pada ujung ibu tangkai, dibawahnya ada dua cabang sama panjang yang setiap ujungnya ada satu bunga. Bunga yang mekar hanya yang diujung ibu tangkai, misalnya melati (Jasminum sambac Ait.)
2.      Bunga tangga atau bercabang seling (cincinnus), yaitu ibu tangkainya melakukan percabangan berseling bergantian ke kiri dan ke kanan, misalnya buntut tikus (Heliotropium indicum L.)
3.      Bunga sekerup (bostryx), ibu tangkai membentuk satu cabang dengan sudut siku-siku sehingga seperti spiral atau sekerup, misalnya kenari (Canarium commune L.)
4.      Bunga sabit (drepanium), seperti bunga sekerup tetapi semua percabangan terletak pada satu bidang, hingga bunga seluruhnya menampakkan bentuk seperti sabit, terdapat pada tumbuhan suku Juncaceae.
5.      Bunga kipas (rhipidium), seperti bunga bercabang seling, terletak pada satu bidang dan cabang tidak sama panjang. Sehingga bunga terdapat pada tempat yang sama tingginya, terdapat pada tumbuhan suku Iridaceae.

c.       Bunga majemuk (inflorescentia mixta)
Yaitu bunga majemuk yang merupakan campuran dari sifat-sifat bunga majemuk berbatas dan tak berbatas, misalnya bunga soka (Ixora paludosa Kurz.)



d.      Lain-lain tipe bunga
1.      Gubahan semu atau karangan semu (verticillaster), ibu tangkainya berbuku-buku yang terdapat sejumlah bunga bersusun berkarang melingkarinya, misalnya tumbuhan suku Labiatae umumnya.
2.      Lembing (anthela), cabang ibu tangkai di bawah lebih panjang dari yang diatas, terdapat pada Juncus dan Luzula.
3.      Tukal (glomerulus), terdiri atas bunga-bunga kecil tanpa tangkai yang tersusun rapat, misalnya pada rami (Boehmeria nivea Gaud.)
4.      Berkas (fasciculus), ibu tangkainya pendek, misalnya pada jadam (Rhoeo discolor Hance).

Bagian-bagian bunga
a.       Tangkai (pedicellus), yang bersifat batang.
b.      Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang sering kali melebar.
c.       Hiasan bunga (perianthium), yaitu kelopak (kalyx) dan tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla).
d.      Alat-alat kelamin jantan (androecium), yaitu sejumlah benang sari (stamen).
e.       Alat-alat kelamin betina (gynaecium), yaitu putik (pistillum).

Berdasarkan bagian-bagiannya, bunga dapat digolongkan sebagai berikut :
1.      Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completusl), jika satu bunga terdiri atas kelopak, mahkota bunga, benang sari dan putik. Tetrasiklik, jika tersusun 4 lingkaran dan pentasiklik jika tersusun dalam 5 lingkaran.
2.      Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletus), jika salah satu bagian dari bunga lengkap tidak ada.

Kelamin bunga
Berdasarkan alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, orang membedakan :
a.       Bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus), yaitu bunga yang memiliki benang sari dan putik, misalnya bunga terung (Solanum melongena L.)
b.      Bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua alat kelaminnya. Bunga ini terbagi atas bunga jantan (flos masculus), bunga betina (flos femineus) dan bunga mandul atau tidak berkelamin misalnya bunga matahari (Helianthus annuus L.)

Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan, orang membedakan tumbuhan yang :
a.       Berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu, misalnya jagung (Zea mays L.).
b.      Berumah dua (dioecus), jika bunga jantan dan betina terpisah tempatnya, misalnya salak (Zalacca edulis Reinw.).
c.       Poligam (polygamus), jika pada satu tumbuhan terdapat bunnga jantan, bunga betina dan bunga banci, misalnya pepaya (Carica papaya L.).

Pembagian tempat antara bagian bunga yang satu dengan bagian yang lain
-          Terpencar, tersebar atau menurut suatu spiral (acyclic), misalnya bunga cempaka (Michelia champaca L.).
-          Berkarang, melingkar (cyclic), misalnya bunga terung (Solanum melongena L.).
-          Campuran (hemicyclic), misalnya bunga sirsak (Annona muricata L.).

Letak bagian-bagian bunga pada bunga :
a.       Berseling (alternatio), yaitu jika bagian-bagian suatu lingkaran terletak diantara dua bagian lingkaran dibawahnya atau diatasnya.
b.      Berhadapan atau tumpang tindih (superpositio), jika masing-masing bagian dalam setiap lingkaran berhadapan satu sama lain.


Simetri pada bunga
Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk bagian-bagian tubuh tumbuhan, jika benda tadi oleh sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian yang serupa sehingga kedua bagian itu saling dapat menutupi. Berikut macam-macam simetri pada bunga :
a.       Asimetris atau tidak simetris, jika tidak dapat dibuat satu bidang simetri, misalnya bunga tasbih (Canna hybrida Hort.).
b.      Setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja. Simetri ini terbagi lagi, yaitu :
  1. Setangkup tegak, misalnya bunga telang (Clitoria ternatea L.).
  2. Setangkup mendatar, misalnya bunga Corydalis.
  3. Setangkup miring, misalnya bunga kecubung (Datura metel L.)
c.       Setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris atau disimetris), dapat pula dikatakan setangkup ganda karena bisa dilakukan dua tangkupan, misalnya bunga lobak (Raphanus sativus L.) dan bunga tumbuhan lain yang se suku (Cruciferae).
d.      Beraturan atau bersimetri banyak (polysimetris, regulasi atau actinomorphus), yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri, misalnya lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.)

Letak daun-daun dalam kuncup
Mengenai keadaan daun-daun dalam kuncup itu dapat dibedakan dua hal, yaitu :
a.       Pelipatan daun-daun itu dalam kuncup (vernatio),
b.      Letak daun-daun dalam kuncup terhadap daun-daun lainnya (aestivatio).

Berikut adalah keadaan bagian-bagian bunga, khususnya mengenai kelopak dan mahkotanya, sewaktu bunga masih kuncup :
a.       Pelipatan (vernatio) daun-daun kelopak dan mahkota
Dibedakan atas :
1.      Rata (vernatio plana),
2.      Terlipat kedalam sepanjang ibu tulangnya (terlipat kearah adaxial), (vernatio conduplicana atau vernatio duplicana.),
3.      Terlipat sepanjang tulang-tulang cabang (vernatio plicata),
4.      Terlipat tidak beraturan (vernatio corrugativa),
5.      Tergulung ke dalam menurut poros bujur (vernatio involuta),
6.      Tergulung ke luar menurut poros bujur (vernatio revoluta),
7.      Tergulung ke satu arah menurut poros bujur (vernatio convoluta),
8.      Tergulung ke dalam menurut poros lintang (vernatio circinatim involuta),
9.      Tergulung ke luar menurut poros lintang (vernatio circinatim revoluta),
10.  Terlipat ke bawah dan ke dalam (vernatio inclinata),
11.  Terlipat menurut poros lintang keluar (vernatio reclinata).

b.      Letak daun-daun kelopak dan mahkota terhadap sesamanya (aestivation), diantaranya ialah terbuka (aperta) jika tepi daun kelopak atau mahkota tidak berlekatan, berkatup (valvata), berkatip dengan tepi melipat ke dalam (induplicativa), dan menyirap yaitu yang berpuntir ke satu arah (convolute atau contorta), mengikuti rumus 2/5 (quincuncialis) dan kohlearis (cochlearis).

Dasar bunga
Merupakan bagian paling bawah dari suatu bunga yang diantaranya berbentuk rata, menyerupai kerucut, seperti cawan dan seperti mangkuk.
Berdasarkan sifatnya bunga dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : hipogin (hypogynus) jika hiasan bunga tumbuh lebih rendah dari duduknya putik, perigin (perigynus) jika hiasan bunga tumbuh sama tinggi dengan duduknya putik dan epigin (epigynus) jika hiasan bunga tumbuh lebih tinggi dari duduknya putik.


Kelopak
Merupakan daun hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar yang biasanya berwarna hijau, lebih kecil dan lebih kasar dari hiasan bunga yang sebelah dalam.
Pada tumbuhan yang tergolong dalam suku Malvaceae seperti kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), diluar lingkaran kelopak bunga dari bunganya masih terdapat daun-daun yang menyerupai kelopak yang disebut juga kelopak tambahan (epicalyx).
Kelopak bunga memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu :
a.       Berlekatan (gamosepalus) yang terdiri atas berbagi (partitus), bercangap (fissus) dan berlekuk (lobatus).
b.      Lepas atau bebas (polysepalus), yaitu daun-daun kelopak benar-benar terpisah.

Berdasarkan simetrinya kelopak bunga terbagi atas dua golongan, yaitu beraturan atau aktinomorf (regularis, actinomorphus) dan setangkup tunggal atau zigomorf (zygomorphus).

Tajuk bunga atau mahkota bunga (Corolla)
Tajuk bunga atau mahkota bunga merupakan hiasan bunga yang terdapat disebelah dalam kelopak yang umumnya lebih besar dan berwarna indah. Mahkota bunga memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu berlekatan (sympetalus, gamopetalus atau monopetalus), lepas atau bebas (choripetalus, dialypetalus atau polypetalus)
Tajuk bunga seperti halnya dengan kelopak mempunyai bentuk yang bermacam-macam, dan berdasarkan simetrinya dapat pula dibedakan, yaitu :
a.       Beraturan (regularis) atau bersimetri banyak (regularis atau actinomorphus) atau juga polisimetris. Tebagi atas bentuk bintang, tabung, terompet,, mangkuk atau buyung, corong dan lonceng.
b.      Setangkup tunggal, bersimetri satu atau monosimetris (zygomorphus). Terdiri atas bertaji, berbibir, seperti kupu-kupu, bertopeng atau berkedok dan berbentuk pita.

Tenda bunga (Perigonium)
Yaitu kelopak dan tajuk bunga sama baik warna ataupun bentuknya. Berdasarkan bentuk dan warnanya tajuk bunga dibedakan menjadi dua golongan, yaitu serupa kelopak (calycinus) jika berwarna hijau seperti daun-daun kelopak dan serupa tajuk (corollinus) jika warnanya bermacam-macam.
Berdasarkan susunan bagian-bagiannya, tenda bunga digolongkan sebagai berikut :
a.       Berlekatan (gamophyllus) misalnya pada  Lilium longiflorum Thunb.
b.      Lepas atau bebas (pleiophyllus) misalnya pada Gloriosa superba L.

Benang sari (Stamen)
Merupakan metamorposis dari daun yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin jantan.
Pada benang sari dapat dibedakan tiga bagian berikut :
1.      Tangkai sari (filamentum) yang berbentuk benang,
2.      Kepala sari (anthera) yang terdapat di ujung tangkai sari,
3.      Penghubung ruang sari (connectivum) yang merupakan lanjutan tangkai sari yang menghubungkan kedua bagian kepala sari yang terdapat di kanan kiri penghubung ini.

Berdasarkan letak duduknya, benang sari digolongkan lagi, yaitu :
1.      Benang sari jelas duduk pada dasar bunga (tumbuhan Thalamiflorae), misalnya pada jeruk (Citrus sp.)
2.      Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak (tumbuhan Calyciflorae), misalnya pada mawar (Rosa hybrid Hort.)
3.      Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga (tumbuhan Corolliflorae), misalnya pada buntut tikus (Heliotropium indicum L.)


Jumlah benang sari dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
  1. Benang sari banyak, yaitu jika dlam suatu bunga terdapat lebih dari 20 benang sari sperti halnya yang terdapat pada jambu-jambuan (Myrtaceae). Contohnya pada tanaman jambu biji (Psidium guajava L.).
  2. Jumlah benang sari 2 x lipat jumlah daun tajuknya. Dalam hal ini benang sari biasanya tersusun dalam dua lingkaran, mengenai duduk daunnya pada tajuk terdapat dua kemungkinan yaitu :
1.      Diplostemon (diplostemonus), yaitu benang-benang sari dalam lingkaran luar duduk berselig dengan daun-daun tajuk, misalnya pada kembang merak (Caesalpinia pulcherima L.Swartz).
2.      Obdiplostemon (obdiplostemonus), jika keadaan benang-benang sari pada lingkaran dalamlah yang dudukya berseling dengan daun-daun tajuknya, misalnya pada tumbuhan geranium (Pelargonium odoratissimum Hort.).
  1. Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, dalam hal ini duduk daun benang sari pada tangkai dibedakan menjadi :
1.      Episepal (episepalus), artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak, dan berseling dengan daun-daun tajuk.
2.      Epipetal (epipetalus), artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk, jadi berseling dengan daun-daun kelopak.
Benang sari yang terdapat pada suatu bunga, ukurannya dapat sangat bervariasi ada yang panjang dan ada pula yang pendek, bertalian dengan panjangnya benang sari yang terdapat pada suatu bunga, dapat dibedakan menjadi :
a.       Benang sari panjang dua (didynamus), jika dalam satu bunga terdapat misalnya 4 benang sari, dai diantara 4 benang sari tersebut, dua diantaranya panjang dan dua benang sari yang lain pendek, misalnya benang sari pada bunga kemangi (Ocimum basilicum L.).
b.      Benang sari panjang empat (tertradynamus), jika dalam satu bunga terdapat 6 benang sari, 4 diantara benang sari tersebut panjang dan dua benag sari sisanya pendek, misalnya benang sari pada bunga lobak (Raphanus sativus L.)
Umumnya benang sari terpisah dengan bagian putik, namun ada kalanya benang sari berlekatan dengan putik membentuk suatu badan yang dinamakan : ginostemium (gynostemium).

Tangkai sari (Filamentum)
Meilhat jumlah berkas yang merupakan perlekatan benang sari, benang sari dapat dibedakan menjadi :
a.       Benang sari berberkas satu atau benang sari bertukal satu (monadelpus), yaitu jika semua tangkai sari pada suatu bunga berlekatan menjadi satu, berkas yang tengahnya berongga dan hanya bagian ujung tangkai sari yang masih bebas satu-sama lain, dapat dilihat pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
b.      Benang sari berberkas dua atau benang sari bertukal dua (diadelphus), jika benang sari terbagi menjadi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok. Jumlah tangkasi sari pada masing-masing kelompok tidak selalu sama, benang sarinya tersusun dalam dua berkas (satu berkas 9 benang sari dan satu berkasnya lagi 1 benang sari/tangkai sari), dapat dilihat pada kembang telang (Clitorea ternatea L.).
c.       Benang sari berberkas banyak atau benang sari bertukal banyak, jika dalam satu bunga terdapat banyak benang sari, tangkai sari tersusun menjadi beberapa kelompok berkas, misalnya pada bunga kapok (Ceiba pentandra Gaernt.).

Kepala sari (Anthera)
Adalah bagian dari benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, badan ini bentuknya bermacam-macam : bulat, jorong bulat telur, bangun kerinjal dll. Di dalamnya terdapat dua ruang sari (theca), tetapi ada juga yang satu atau lebih dari 2 ruang. Satu ruang sari biasanya terdiri atas 2 Kantong sari(loculumentum), akan tetapi sekat pembatasnya dapat hilang sehingga hanya terdiri dari satu ruang saja.
Ruang sari merupakan tempat terbentuknya serbuk sari atau tepung sari (pollen). Setelag terjadinya persarian (jatugnya serbuk sari ke kepala putik), maka serbuk sari itu akan tumbuh menuju bakal biji, sehingga inti sperma pada serbuk sari dapat melebur dengan sel telur yang terdapat di dalam kandung lembaga, peleburan tersebut dinamakan Pembuahan.
Serbuk sari merupakan badan yang sangat lembut, jika satu gumpalan terdiri atas 4 serbuk dinamakan pollen tetrade, jika pada satu gumpalan terdapat sejumlah besar serbuk sari disebut Pollinium, misanya pada anggrek.
Duduknya kepala sari pada tangkai sari dapat dibedakan menjadi :
  1. Tegak (innatus atau basifixus), jika kepala sari dengan tangkainya memperlihatkan batas yang jelas,  dan kepala sari bersambungan pada pangkalnya dengan tangkai sari dan sambungan ini tidak memberikan kemungkinan gerak bagi kepala sarinya.
  2. Menempel (adnatus), jika tangkai sari pada ujungnya beralih menjadi penghubung ruang sari, atau kepala sari sepanjang penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai sari.
  3. Bergoyang (versatilis), jika kepala sari melekat pada suatu titik pada ujung tangkai sari, sehingga kepala sari dapat digerak-gerakkan atau bergoyang, misalnya benang sari suku rumput-rumputan (Graminae).
Agar serbuk sari dapat keluar dari ruang sari, kepala sari harus terbuka. Cara terbukanya kepala sari dapat dibedakan menjadi :
a.       Dengan celah membujur (longitudinallter dehiscens), terbagi menjadi :
  1. Menghadap ke dalam (intorsum), misalnya pada bunga matahari.
  2. Menghadap ke samping (lateralier), misalnya pada Begonia.
  3. Menghadap keluar (extrorsum), misalnya pada bunga semprit (Belamcanda chinensis Leman).
b.      Dengan celah yang  melintang (transversaliter dehiscens), misalnya pada beberapa tumbuhan suku Euphorbiaceae.
c.       Dengan sebuah liang pada ujung atau pangkal kepala sari (poris dehiscens), misalnya pada kentang (Solanum tuberosum L.).
d.      Dengan kelap atau katup-katup (valvis dehiscens), misalnya pada keningar (Cinnamomun zeylanicum Breyn).
Penghubung ruang sari (connectivum) biasanya berukuran kecil, sehingga tidak terlalu terlihat, pada penghubung ruang sari ini juga sering terdapat alat-alat tambahan. Benang sari yang tidak sempurna perkembangannya dinamakan staminodium,  karena tidak menghasilkan serbuk sari, dapat juga disebut sebagai benang sari yang mandul.

Putik (Pistillum)
Putik merupakan bagian bunga yang paling dalam, putik merupakan alat kelamin betina pada bunga, putik tersusun atas daun-daun telah mengalami metamorfosis, daun penyusun putik disebut daun buah (carpellum), daun penyusun buah secara keseluruhan dinamakan Gynaceum. Putik berupakan bagian yang mengandung sel telur, bagian tersebut dinamakan bakal biji (ovulum), bagian putik yang di dalamnya terdapat bakal biji tadi dinamakan bakal buah (ovarium), akan berubah menjadi buah (fructus).
Menurut banyaknya daun buah yang menyusun sebuh putik, putik dapat dibedakan menjadi :
  1. Putik tunggal (simplex), jika putik hanya tersusun atas sehelai daun buah saja, misalnya pada kacang-kacangan (Legumminosae).
  2. Putik majemuk (compositus), jika putik terjadi dari dua daun buah atau lebih, misalnya pada kapas (Gossypium sp.).
Adapun bagian-bagian putik dapat dibedakan menjadi :
1.      Bakal buah (ovarium), bagian putik yang lazimnya kelihatan membesar dan duduk pada dasar bunga.
2.      Tangkai kepala putik (stylus), bagian dari putik yang sempit dan terdapat di atas bakal buah, biasanya bentuknya benang.
3.      Kepala putik (stigma), bagian putik yang paling atas, terletak pada bagian ujung tangkai kepala putik.
Bakal buah (Ovarium)
Adalah bagian putik yang membesar, terletak pada bagian tengah bunga, di dalamnya terdapat calon biji dan bakal biji (ovulum), bagian yang mendukung bakal biji, disebut dengan tembuni (Placenta).
Menurut letaknya terhadap dasar bunga, bakal buah dapat dibagi menjadi :
a.       Bakal buah menumpang (superus) jika bakal buah duduk di atas dasar bunga, sehingga bakal buah lebih tinggi, atau bahkan lebih rendah dari pada tepi dasar bunga, kita dapat menjumpai dasar bunga seperti ini pada bunga yang berdasar cembug, rata atau cekung dangkal seperti caawan.
b.      Bakal buah setengah tenggelam (hemi inferus), jika bakal buah duduk pada dasar bunga yang cekung, tempat duduk bakal buah selalu lebih rendanh dari pada tepi dasar bunga, dapat dijumpai pada bunga berdasar mangkuk atau piala.
c.       Bakal buah tenggelam (inferus), jika seluruh bagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.
Jika bakal buah terdiri atas beberapa daun buah yang berlekatan satu sama lain, maka bakal buahnya dinamakan Senokarp (pistillum coenocarpum). Jika perlekatan daun-daun buah itu hanya merupakan satu putik dengan satu ruang saja disebut parakarp (pistillum pericarpum), jika dari perlekatan daun-daun buah terbentuk putik dengan jum;ah ruang yang sesuai dengan jumlah daun buahnya, maka dinamakan sinkarp (pistillum syncarpum).
Berdasrkan jumlah ruang yang terdapat dalam bakal buah, bakal buah dapat dibedakan menjadi :
a.       Bakal buah beruang satu (unilocularis); bakal buah yang beruang satu dapat tersusun atas satu daun buah saja, misalnya pada bunga tumbuhan berbuah polong, dapat juga tersusun atas lebih dari satu daun buah, misalnya pada bunga pepaya (Carica papaya L.).
b.      Bakal buah beruang dua (bilocularis), bakal buah ini tersusun atas dua daun buah, misalnya pada kubis dan tanaman sejenisnya.
c.       Bakal buah beruang tiga (trilocularis), bakal buah ini terjadi dari tiga daun buah yang tepinya melipat ke dalam dan  berlekatan, misalnya pada tanaman dari suku getah getahan (Euphorbiaceae).
d.      Bakal buah beruang banyak (multilocularis), bakal buah tersusun atas banyak daun buah yang berlekatan dan membentuk banyak sekat, misalnya pada durian (Durio zibethinus Murr.).

Sekat yang membagi  bakal buah menjadi beberapa ruang dapat dibedakan dalam:
a.       Sekat yang sempurna (septum completus), jika sekat ini benar-benar membagi bakal buah menjadi lebih dari pada satu ruang dan ruang-ruang yang terjadi tidak lagi mempunyai hubungan satu sama lain :
Berdasarkan asalnya sekat, sekat yang sempurna dibedakan menjadi :
1.      Sekat asli (septum), jika sekat ini berasal dari sebagian daun buah yang melipat kedalam yang lalu berubah menjadi sekat, misalnya pada durian (Durio zibethinus Murr.)
2.      Sekat semu (septum spurius), jika sekat tadi bukan merupakan bagian daun buah, tetapi terdiri atas suatu jaringan yang terbentuk oleh dinding bakal buah. Misalnya pada bunga kecubung (Datura metel L.).
b.      Sekat yang tidak sempurna (septum incompletus), yaitu sekat yang membagi bakal buah menjadi beberpa ruang, tetapi ruang tersebut masih ada hubungannya satu sama lain.

Tembuni (Placenta)
Calon biji atau bakal biji dalam bakal buah  terdapat pada bagian khusus yang menjadi pendukung bakal biji tadi, bagian bakal buah yang menjadi pendukung bakal biji dinamakan tembuni (Placenta).
Menurut letaknya, tembuni dibedakan menjadi :
a.       Marginal (marginalis), letaknya pada tepi daun buah.
b.      Laminal (laminalis), letaknya pada helaian daun buah.
Untuk bakal buah yang hanya terdiri atas satu ruang, maka kemungkinan letak tembuninya adalah :
1.      Parietal (parietalis), pada dinding bakal buah, dapat dibedakan lagi dalam dua macam, yaitu : pada dinding ditepi daun buah (parietalis-marginalis), pada dinding di helaian daun buah (parietalis-laminalis).
2.      Sentral (centralis atau axilis), yaitu dipusat atau di poros, bila tembuni terdapat ditengah-tengah rongga bakal buah  yang beruang satu, biasanya berbentuk buluh atau silinder dengan bakal-bakal bijinya menghadap kesemua jurusan (menghadap ke arah dinding bakal buah).
3.      Aksilar (axillaris), yaitu disudut tengah, bila tembuni terdapat pada bakal buah yang beruang lebih daripada dua dan tembuni tadi terdapat dalam sudut pertemuan daun-daun buah yang melipat kedalam dan merupakan sekat-sekat bakal buah.

Bakal biji(Ovulum)
Adapun bagian-bagian dari bakal biji antara lain sebagai berikut :
1.      Kulit bakal biji (integumentum), lapisan bakal biji yang paling luar, yang kelah akan menjadi kulit biji. Bakal biji dapat mempunyai satu atau daua kulit bakal biji.
2.      Badan bakal biji tau nuselus (nucellus), yaitu jaringan yang diselubungi oleh kulit bakal biji tadi.
3.      Kandung lembaga (saccus embryonalis), sebauh sel di dalam nuselus yang mengandung sel telur (ovum), dan ketika telah terjadi pembuahan akan menjadi lembaga (embryo).
4.      Liang bakal biji (micropyle), yaitu suatu liang pada kulit bakal biji, yang menjadi jalan inti kelamin jantan yang berasal dari buluh serbuk sari untuk dapat bertemu dengan sel telur yang terdapat dalam kandung lembaga, sehingga berlangsung pembuahan.
5.      Tali pusar (funiculus), pendukung bakal biji, yang menghubungkan bakal biji dengan tembuni.
Mengenai letak bakal biji pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi lima posisi, yaitu sebagai berikut :
1.      Tegak (atropus), yaitu jika liang bakal biji letaknya pada sutu garis dengan tali pusar (funiculus) pada arah yang berlawanan.
2.      Mengangguk (anatropus), jika laing bakal biji sejajajr dengan  dengan tali pusar, karena tali pusarnya membengkok, sehingga liang bakal biji berputar 1800.
3.      Bengkok (campylotropus), bila tali pusar dan bakal bijinya sendiri membengkok, sehingga liang bakal biji kedudukan seperti bakal biji yang mengangguk.
4.      Setengah mengangguk (hemitropus, hemianatropus), jika hanya ujung tali pusarnya yang membengkok, sehingga tali pusar dengan liang bakal biji membuat sudut 900 satu sama lain.
5.      Melipat (camtotropus), jika tali pusar tetap lurus, tetapi bakal bij9inya sendiri melipat, sehingga liang bakal biji menjadi sejajar pula dengan tali pusarnya.
Semua tumbuhan  dengan bakal biji yang tersembunyi di dalam  bakal buah dijadikan satu golongan yang dinamakan tumbuhan biji tetutup (Angiospermae). Dan apabila bakal bijinya tidak tersembunyikan oleh bakal buah dinamakan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae).

Tangkai kepala putik (Stylus)
Tangkai putik merupakan bagian yang biasanya berbentuk benang dan merypakan lanjutan dari bakal buah ke atas. Juga merupakan bagian dari daun buah. Karena setiap tangkai kepala putik membentuk satu daun buah. Tangkai kepala putik  itu berbentuk benang atau buluh yang dalamnya berongga, mempunyai saluran tangkai kepala putik (canalis stynilus) atau tidak. Umumnya dibedakan dari tangkai sari, karena kebanyakan lebih besar. Tangkai kepala putik ada yang bercabang ada juga yang tidak, dan jika bercabang, tiap ujung cabang tangkai kepala putik itu mendukung satu kepala putik, jadi pada tangkai kepala putik yang bercabang terdapat lebih banyak kepala putik daripada tangkai kepala putiknya.

Kepala putik (Stigma)
Kepala putik adalah bagian putik yang paling atas, yang terdapat pada ujung tangkai putik, bagian ini bgerguna untuk menangkap serbuk sari, bentuk kepala putik sangat beragam, biasanya disesuaikan dengan cara penyerbuka pada bunga yang bersangkutan.
a.       Seperti benang, misalnya pada bunga jagung (Zea mays L.).
b.      Seperti bulu ayam, pada bunga padi (Oryza sativa L.).
c.       Seperti bulu-bulu, misalnya pada bunga kecipir (Psophocarpus tetragonolobus D.C.).
d.      Bulat, misalnya pada bunga jeruk (Citrus sp.).
e.       Dan masih banyak bermacam-macam bentuk lagi, bibir, sperti cawan, serupa daun mahkota dst.

Kelenjar madu (Nectarium)
Madu yang terdapat pada bunga biasanya dihasilkan oleh kelenjar madu (nectarium), yang berdasarkan tempatnya dibedakan tas :
a.       Kelenjar madu yang merupakan suatu bagian khusus (suatu alat tambahan) pada bunga.
b.      Kelenjar madu yang terjadi dari salah satu bagian bunga yang telah mengalami metamorfosis dan telah berubah pula tugasnya.
Mengenai bentuk dan tempatnya pada bungapun amat bermacam-macam :
1.      Seperti subang diatas bakal buah dan melingkari tangkai kepala putik, misalnya pada bunga jeruk (Citrus sp.).
2.      Seperti cakram pada dasar bunga, disebelah bakal buah, dll.
Kelenjar madu yang merupakan metamorfosis salah satu bagian bunga dapat berasal dari :
a.       Daun mahkota,
b.      Benang sari,
c.       Bagian-bagian lain pada bunga

Pennyerbukan atau Persarian (Pollinatio) dan pembuahan (Fertilisatio)
Penyerbukan ialah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhan biji tetutup) atau jatuhnya serbuksari langsung pada bakal biji (untuk tumbuhan berbiji tlanang), sedangkan yang dimaksud pembuahan ialah terjadinya perkawinan (persatuan atau peleburan) sel telur yang terdapat pada kandung lembaga di dalam biji dengan suatu inti yang berasal dari serbuk sari.
Selama masa pertumbuhan,inti dalam serbuk sari membelah menjadi dua, satu dibagian depan buluh yang menjadi penuntun gerak tumbuh buluh itu kearah bakal biji (inti vegetatif), yang kedua (inti generatif), lalu membelah lagi menjadi dua inti sperma. Setelah sampai pada liang bakal biji , inti vegetatif  binasa, dinding buluh dibagian itu terlarut dan kedua inti spermanya dapat menuju ke kanung lembaga. Sementara itu dalam kandung lembaga uintinga membelah tiga kali secara berurutan sehingga terjadi 8 inti. Dari 8 inti tihga menuju ke tempat yang berhadapan dengan liang bakal biji dan dari ke-3 inti itu satu merupakan sel telur (ovum) dan yang dua  di kanan kirinya merupakan pengarak atau pendamping (synergida). Tiga inti lainnya menuju ke bagian  kandung lemabaga yang berlawanan dengan liang kandung lemabaga (berhadapan dengan bagian bakal biji yang disebut : chalaza). Dan menjadi bagian yang dinamakan antipoda, yang 2 lagi menuju ketengah kandung lembaga dan bersatu menjadi inti kandung lembaga sekunder. Dua inti generatif dari uluh serbuk sari tadi yang satu kawin dengan sel telur, dan hasil peleburan inilah yang nantinya akan menjadi lembaga. Sedang inti generatif yang kedua akan kawin dengan dengan inti kandung lembaga sekunder, yang nantinya akan membentuk jaringan tempat penimbunan cadangan makanan bagi lembaga. Peristiwa perkawinan itulah yang dinamakan pembuahan, dan dalam hal seperti uraian tadi disebut dengan pembuahan ganda, pembuahan ganda hanya terjadi pada golongan tumbuhan berbiji tertutup, sedangkan pembuahan tunggal terjadi pada tumbuhan berbiji terbuka.
Penyerbukan tidak selalu diikuti oleh pembuahan, lazimnya penyerbukan hanya akan diikuti pembuahan bila tumbuhan diserbuki oleh tumbuhan yang sama atau sejenis, jika tidak, pembuahan tidak akan berlangsung, sebaliknya, meskipun tidak terjadi pembuahan, ada pula kalanya bakal biji dapat berkembang menjadi biji di dalamnya terdapat pula lembaga, jadi sel telur dengan tidak dibuahi dapat tumbuh menjadi lembaga, dinamakan partenogenesis.
Pembentukan calon tumbuhan baru (lembaga) yang disertai dengan perisiwa yang perkawinan antara sel telur dengan inti sperma, disebut amfimiksis (amphimixis), sedang pembentuka lembaga tanpa adanya peristiwa perkawinan terlebih dahulu dinamakan apomikasi (apomixis) sebagai contoh adalah partenogenesis, ada beberapa contoh lain dari apomikasi, misalnya apogami, yaitu terjadinya lembaga dari slaah satu inti dalam kandung lembaga, tetapi bukan dari sel telur, dan juga tanpa perkawinan. Pembentuka lembaga yang liar (embrioni adventif), yaitu jika terbentuknya lembaga dari salah satu sel pada bakal biji, diluar kandung lembaga, misalnya dari sel nuselus atau intergumentum.
Jika dalam suatu bakal biji, disamping lembaga yang berasal dari sel telur, masih terjadi apogami atau embrioni adventif, maka biji yang terjadi nanti merupakan sebuah biji yang di dalamnya terkandung lebih dari satu lembaga, yang dikenal sebagai proses poliembrioni, misalnya pada jeruk (Citrus sp.). berdasarkan asalnya serbuk sari yang jatuh di kepala putik, penyerbukan dapat dibedakan menjadi :
a.       Penyerbukan sendiri (autogamy), jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga itu sendiri.
b.      Penyerbukan tetangga (geitonogamy), jika serbuk sari yang jatuh dari kepala putik berasal dari bunga lain pada tumbuhan itu juga.
c.       Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy), jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik itu berasal dari bunga tumbuhan lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama.
d.      Penyerbukan bastar (hybridogamy), jika serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang berbeda jenisnya, atau sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat beda.
Jika suatu tumbuhan dapat menghasilkan buah dan biji melalui penyerbukan sendiri, tumbuhan itu dikatakan bersifat subur sendiri, sebaliknya satu tumbuhan yang hanya dapat membentuk buah dan biji karena adanya penyerbukan silang, tumbuhan tersebut dikatanan mempunyai sifat mandul sendiri.
Tumbuhan yang mengadakan penyerbukan sendiri cenderung memperlihatkan sifat yang lebih buruk dibanding induknya, hal tersebut dikenal dengan gejala degenerasi, kemunduran atau kemerosotan (degenaratio). Penyerbukan sendiri yang berlangsung sebelum bunga mekar dinamakan penyerbukan tertutup atau klestogami (cleistogamy), misalnya pada bunga ceplikan (Ruellia tuberosa L.)
Penyerbukan bastar yang dilakukan dengan bantuan manusia, dinamakan pembastaran (hybridisatio). Sedangkan tumbuhan yang semula memberikan serbuk sari pada saat itu malah menjadi bagian yang diserbuki dinamakan pembastaran balik (pembastaran”reciproke”).
Pembastaran dapat dilakukan :
  1. Antara dua  tumbuhan yang berbeda varietas atau pembastaran antar varietas, misalnya pembastaran pada mangga golek dengan mangga gadung.
  2. Antara dua jenis tumbuhan atau pembastaran antert jenis (species), misalnya pembastaran antara pohon mangga dengan kuweni.
  3. Antara dua jenis tumbuhan yang berdeda marga (genus-nya) atau pembastaran antar marga, misalnya pembastaran antara lombok dengan terong.
Pekerjaan untuk memperoleh keturunan baru yang mempunyai sifat-sifat lebih baik daripada jenis yang lama, dalam dunia pertanian disebut pemuliaan tanaman. Penyerbukan sendiri dapat memunculkan gejala degenerasi, hal tersebut menunjukkan bahwa bunga tumbuhan mempunyai susunan sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah atau tidak dimungkinkan sama sekali, hal tersebut terbukti dengan adanya dua hal berikut :
a.       Tumbuhan berumah dua (dioceus), tumbuhan mempunyai bunbga jantan dan betina dalam dua individu yang berlainan, keadaaan seperti menyebabakan penyerbukan yang terjadi hanyalah penyerbukan silang.
b.      Adanya dikogami (dichogamy), pada suatu bunga kepala sari dan kepala ptik tidak bersamaan waktu masaknya, dalam hal ini masih memungkinkan untuk terjadinya penyerbukan tetangga (geitonogamy).
Berdasarkan perbedaan waktu masak antara kepala sari dan kepala putik pada bunga yang memperlihatkan dikogami, dapat dibedakan menjadi :
1.      Protandri atau proterandri (protandry, proterandry), jika dalam satu bunga yang masak lebih dulu adalah kepala sarinya, baru setelahnya kepala putik.
2.      Protogini atau proterogini (protpgyny, proterogyny), jika yang masak lebih dulu putiknya, baru belakangan kepala sarinya.
3.      Adanya herkogami (hercogamy), jika pada bunga yang sempurna, duduknya kepala sari dan kepala putik amat berjauhan satu-sama lain.
4.      Adanya heterostili (heterostyly), yaitu suatu variasi herkogami. Bila pada beberapa individu tumbuhan sejenis (species) terdapat bunga-bunga dengan benang sari dan tangkai putik yang berbeda sekali panjangnya.
Heterostili dapat dibedakan lagi menjadi :
  1. Heterodistili (heterodistyly), jika pada sautu jenis tumbuhan ditemukan individu dengan dua bentuk (dimorfisme) bunga, yaitu :
v  Individu dengan bunga yang bertangkai putik panjang dan benang sari yang pendek.
v  Individu dengan bunga yang bertangkai putik pendek dan benang sari yang panjang.
  1. Heterostristili (heterostristyly), jika dalam satu jenis ada individu-individu yang :
v  Mempunyai bunga dengan tangkai putik pendek dengan benang sari yang sedang atau panjang.
v  Mempunyai bunga dengan tangkai putik sedang dan benang sari yang pendek atau panjang.
v  Mempunyai bunga dengan tangkai putik yang panjang dan benang sari pendek atau sedang.
5.      Adanya peristiwa kemandulan (sterilitas), bunga dengan sifat ini, meskipun telah diserbuki, tetapi penyerbukan tidak diikiuti oleh pembuahan, bahkan pembuahan tersebut dapat menyebabkan gugurnya putik (abortus), sehingga dikatakan bahwa tanaman tersebut mempunyai sifat kemandulan sendiri.
Menurut vektor atau perantara yang dapat menyebabkan berlangsung penyerbukan, penyerbukan dapat dibedakan menjadi :
a.       Penyerbukan dengan perantara angin (anaemophyly, anemogamy), jika serbuk sari sampai pada bunga yang diserbuki dengan perantara angin. Penyerbukan secara anemofili lazimnya akan terjadi pada tumbuhan dengan sifat-sifat berikut :
1.      Menghasilkan banyak sekali serbuk sari yang kecil, lembut serta kering tidak berlekatan, sehingga sangat mudah untuk berterbangan kemana-mana.
2.      Kepala putik mempunyai bentuk seperti bulu ayam atau seperti benang, hingga memungkinkan menangkap serbuk sari yang berterbangan.
3.      Bunga sering kali tidak mempunyai hiasan bunga (kelopak dan mahkota) atau kedua bagian bunga itu amat tereduksi, sehingga baik benang sari maupun kepala putiknya tidak terlindung jika ada tiupan angin.
4.      Kepala sari tidak melekat erat pada tangkai sari (dapat goyang), memudahkan berhamburnya serbuk sari ke manapun ketika ditiup angin.
5.      Tempat bunga tidak tersembunyi, tumbuhan yang sering menggunakan penyerbukan dengan perantara angin antara lain adalah rumput-rumputan.
b.      Penyerbukan dengan perantara air (hydrophyly, hydrogamy), penyerbukan dengan cara ini hanya mungkin terjadi pada tumbuhan yang hidup diair (hydrophyta), baik air tawar maupun air laut.
c.       Penyerbukan dengan perantara binatang (zoidiophyly, zoidiogamy), berbeda dengan bunga yang bersifat anemofili, bunga yang bersifat zoidofili biasanya mempunyai siri-ciri berikut:
v  Mempunyai warna yang menarik.
v  Menghasilkan sesuatu yang menarik atau menjadi makanan binatang.
v  Serbuk sari sering bergumpal-gumpal dan berperekat, sehingga mudah menempel pada tubuh binatang yang mengunjungi bunga tadi.
v  Kadang-kadang mempunyai bentuk yang khusus, sehingga bunga hanya dapat dikunjungi oleh jenis hewan tertentu saja.

Berdasarkan golongan binatang apa yang dapat menjadi peranatara penyerbukan, penyerbukan zoidiofoli dapat lagi dibedakan menjadi :
1.      Penyerbukan dengan perantara serangga (entomopyly atau entomogamy), misalnya kupu-kupu (lepidoptera), lebah (hymenoptera), kumbang (Coleoptera) dan lalat (diptera) dll.
2.      Penyerbukan dengan perentara burung (ornopyly, ornitogamy), misalnya kutilang (Pycnonotus aurigaster).
3.      Penyerbukan dengan perantara kelelawar (chriropterophyly, chiropteragamy).
4.      Penyerbukan dengan perentara siput (malacopyly, malacogamy).

Diagram bunga
Adalah gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya, dalam pengertian lain disebutkan sebagai suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang melintang daun kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik serta bagian-bagian lainnya. Untuk membuat diagram bunga, harus diperhatikan hal-hal berikut :
1.      Letak bunga pada tumbuhan, kita hanya membedakan dua macam letak bunga :
a.       Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis).
b.      Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris).
2.      Bagian bunga yang akan dibuat diagram tersusun dalam beberapa lingkaran.
Untuk bunga yang letaknya pada ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung bunga, dan tengah-tengah (poros bujur) daun, bidang ini disebut dengan bidang median. Dalam menggambar bagian-bagian bunbganya sendiri harus diperhatikan ialah :
  1. Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
  2. Bagaimana susunanya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak satu dengan daun kelopak lain), bebas satu sama lain, bersentuhan tepinya, berlekatan dll.
  3. Bagian susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap daun-daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daun buah penyusun putiknya), berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan, dll.
  4. Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
Bagian-bagian lain pada bunga yang seringkali dapat menjadi ciri khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga :
a.       Kelopak tambahan (apicalyx), umumnya terdapat pada tumbuhan suku Malvaceae, misalnya kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
b.      Mahkota (tajuk) tambahan (corona), misalnya pada biduri (Calotropis gigantea Dryand).
Dalam penyusunan diagram bunga dapat berpenganggan pada pendirian berikut :
  1. Hanya menggambarkan bagian bunga menurut apa adanya,
  2. Membuat diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian-bagian yang benar-benar ada, tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak ada (tereduksi), namun menurut teori seharusnya ada.
Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram bunga :
a.       Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang benar-benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya, oleh sebab itu diagram ini juga dinamakan diagram sungguh (yang sebenarnya).
b.      Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi, tetapi meurut teori seharusnya ada.

Rumus bunga
Rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut :
1.      Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx), yang merupakan istilah ilmiah untuk kelpoak.
2.      Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf  C, singkatan dari corolla (istillah ilmiah untuk mahkota bunga).
3.      Benang-benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A singkatan kata androcium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga).
4.      Putik, yang dinyatakan huruf G, singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah untuk alat betina pada bunga).
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf  P, singkatan dari kata Perigonium (tenda bunga).
Didepan  rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukkan simetri bunga, biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri, yaitu : * untuk bunga bersimetri banyak (actinomorphus), misalnya pada lilia gereja : * P6. A 6. G 3 dan tanda untuk bunga yang bersimetri satu (zygomorphus), misalnya pada bunga merak : ↑ K 5. A 5. A 10. G 1.
Selain lambang yang menunjukkan simetri, pada rumus bunga dapat pula ditambahkan lambang yang menunjukkan kelamin bunga. Untuk bunga banci (hermaphroditus) dipakai lambang : ♀. Untuk bunga jantan dipakai lambang : ♂. Dan untuk bunga betina dipakai lambang : ♀. Lambang jenis kelamin ditempatkan didepan lambang simetri. Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran jika terjadi hal demikian maka digunakan lambang + dan diletakkan di dua angka yang menunjukkan bagian bunga yang tersusun dalam dua lingkaran atau lebih tadi. Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran berlekatan satu sama lain, maka yang menunjukkan jumlah bagian bersangkutan ditaruh dalam kurung ( ). Jika ada dua bagian bunga yang berbeda (misalnya benang sari dan mahkota) saling berlekatan satu sama lain, dalam keadaan yang demikian maka kedua huruf beserta angka yang dmenunjukkan kedua bagian bunga yang berlekatan tadi ditaruh didalam kurung kurawal [ ]. Jika bagian bunga tidak dapat diketahui jumlahnya karena terlalu banyak maka di tulis dengan lambang ∞. Adapun lambang yang digunakan untuk menyatakan duduknya bakal buah, jika bakal buahnya tenggelam maka pada angka yang menunjukkan jumlah dari putik diberi garis bawah, contoh G1. Apabila bakal buahnya sejajar tidak ada tanda khusus, dan jika bakal buahnya lebih tinggi maka pada angka yang menunjukkan jumlah putik diberi garis di atas angka tersebut. Karena urutan bagian bunga yang sifatnya tetap maka bisa saja beberapa lambang dalam rumus bunga dapat di hilangkan misalnya lambang untuk menunjukkan jenis kelamin jantan, betina dan banci, karena jenis kelamin dari bunga jug dapat dilihat pada ada atau tidaknya benang sari dan putik dalam satu bunga, jika keduanya ada maka bunga tersebut adalah bunga banci. Tetapi jika dibelakang A ditulis 0 berarti bunganya betina, sebaliknya jika dalam rumus tertera G 0, berarti bunganya adalah bunga jantan.
Berikut beberapa contoh dari diagram dan rumus bunga dari beberapa spesies tanaman :
1.      Suku Plamae (Araceae), misalnya pada kelapa.
♂ K 3. C 3. A (6). G 0
♀ K 3. C 3. A 0, G (3)
2.      Suku Graminae (Poaceae), misalnya padi.
♀ ↑ K 1. + (2). C 2 + 0, A 3, G 1
3.      Suku Malvaceae, misalnya kapas.
♀ * K (5). [C 5. A (∞)]. G (5)
Dan masih banyak lagi rumus-rumus bunga lainnya, yang dapat menunjukkan ciri khasnya masing-masing.